Kita benar, Tetapi mereka juga belum tentu salah
Suatu ketika di kamar kos yang saya tinggali, saya melihat seekor semut diatas sebuah helm. Sebuah pemandangan yang biasa di lihat tetapi seolah ada sesuatu yang lain, pemandangan ini membangkitkan imaji saya. Semut itu agak besar dan seperti semut pada umumnya berwarna hitam. Sementara helmnya berbentuk setengah bola yang sekarang di kota tempat tinggal saya sudah dianggap tidak memenuhi standar lagi. Helm ini berwarna putih mengkilap dibagian luarnya dan bagian dalamnya busa berwarna hitam. Semut itu jalan kesana kemari entah mau kemana, mungkin mau turun tapi tidak tau jalan.atau barangkali sedang mencari sesuatu yang mungkin belum ia temukan. Saat saya memperhatikan prilaku semut ini tiba tiba imaji saya muncul, Bagaimana jika ada tiga ekor semut, Bagaimana jika tiga ekor smut tersebut punya misi, dan bagaimana jika misi mereka sama, mengtahui bagaimana bentuk helm?? Imaji saya pun kemudian mengembang. Ketiga ekor semut tersebut bertemu untuk membuat suatu kesepakatan di suatu tempat. Isi kesepakatan mereka diantaranya, “siapa yang dalam satu tahun kedepan saat kita bertemu lagi di tempat ini mampu mendefinidisan helm, maka dia yang akan mendapat hadiah” Akhirnya petualanagn pun dimulai. Misi di jalankan. Mereka berangkat menuju arah yang berlainan. Beberapa waktu kemudian merekapun menemukan apa yang mereka cari. Semut 1. Ia berhenti saat dihadapannya ada sebuah benda besar yang mengkilap. Mungkin inilah helm, fikirnya.kemudian ia pun mencatat apa yang dia temukan.Dia melihat helm dari arah samping. Semut 2. entah bagaimana ceritanya dia sudah berada di atas helm.(seperti yang secara nyata sedang saya lihat dan saya perhatikan) sama halnya seperti semut 1 iapun kemudian mencatat apa yang ia temukan. Semut 3. Ia menyusuri lubang di dlm tanah dan pas dia keluar kepermukaan ternyata ia sudah berada di dalam helm. Kemudia ia pun melakukan hal serupa seperti yang kedua temannya lakukan. Setahun kemudian, mereka bertemu lagi. Masing-masing semut menceritakan apa yang ia temukan.
Semut 1. Helm itu berbentuk setengah lingkaran dan berwarna putih
Semut 2 Tidak!! Helm itu memeng bewarna putih tapi bulat
Semut 3 Helm memang bulat dan Cuma setengah ingkaran tapi berwarna hitam!!
Merekapun saling mempertahankan pendapatnya, karena masing-masing dari mereka yakin kalau mereka benar. Apa yang terjadi??mereka saling bertengkar satu sama lain.
Dari cerita diatas kemudian muncul sebuah pertanyaan Siapa yang Salah?? jawabannya Tidak ada yang salah, mereka semua benar, Hanya saja sudut pandang (titik yang mereka gunakan untuk melihat.) itu yang tidak tepat. Coba ada yang melihatnya dari sudut perspektif atau melihatnaya secara tiga dimensi, pasti mereka akan bisa lebih lengkap menjabarkan apa yang mereka lihat.
Ya sepert itulah terkadang kehidupan kita. Selalu penuh dengan masalah dan konflik. Padahal bisa jadi masalah dan konflik tersebut muncul akibat kekerdilan kita dalam memandang sesuatu. Mencoba untuk keluar dari masalah dan kemudian melihatnya dari sudut pandang yang berbeda akan menghasilkan pemahaman yang berbeda pula. Memandang sesuatu dari sudut pandang orang lain maka kita akan mengerti apa yang orang lain fikirkan. Tidak ada salahnya mencoba melihat sesuatu dari berbagai sisi untuk menemukan titik pandang paling ideal untuk memandang, karena ketika kita bisa melakuakn itu dan berhasil itu artinya kita benar benar mengetahui dengan jelas apa yang sedang kita hadapi.
Mencoba meyakinkan kedalam diri bahwa “kita memang benar, tetapi mereka juga belum tentu salah” adalah salah satu cara menghinadari pertengkaran. Seperti cerita diatas seandainya para semut tersebut menerapkan prisip ini maka tidak akan ada pertengkaran, justru dengan saling bertukar fikiran karena yakin “saya belum tentu benar”mereka jadi mengerti bagaimana helm yang sesungguhnya, bahwa helm yang mereka lihat sebenarnya berbentuk setengah bola yang luarnya berwarna putih dan dalamnya berwarna hitam. Memang perlu kebesaran hati untuk bisa menerapkan prinsip ini karena terkadang keegoan dalam diri seringkali mengalahkan segalanya.. tetapi kalau kita sudah mengerti manfaatnaya, kenapa tidak? Karena orang-orang besar adalah mereka yang senang membesarkan hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar